KOLOID
- Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara
larutan dan suspensi.Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat
"didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen.Ukuran zat yang
didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu mikrometer (µm).
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu "larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh).Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Jadi, koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Zat yang didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan zat disebut medium dispersi.
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu "larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh).Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Jadi, koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Zat yang didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan zat disebut medium dispersi.
Fase terdispersi
bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi
bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah
lemak, sedangkan medium dispersinya adalah air. Ukuran partikel koloid berkisar
antara 1-100 nm.Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun
tebal dari suatu partikel. Contoh lain darisistem koloid adalah adalah tinta,
yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain
tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones,
hairspray, jelly, dll.Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid
atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu
fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi
berkisar antara 10-7sampai dengan 10-4cm. Besaran partikel yang terdispersi,
tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut.Partikel dapat terdiri atas
atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar.Koloid emas terdiri atas
partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom
emas atau lebih.Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung
sekitar seribu molekul S8.Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga
molekulmakro) ialah haemoglobin.Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan
mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
JENIS - JENIS KOLOID
Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase
pendispersi dan fase terdispersi
Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi
dalam gas disebut aerosol.Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut
aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu buangan knalpot. Sedangkan zat yang
terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair. Contoh aerosol cair :
hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat
cair disebut sol. Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan
lain-lain. Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat padat
disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata (gem).
Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair
lain disebut emulsi. Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi
dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi dalam gas disebut emulsi gas.Syarat terjadinya emulsi yaitu kedua
zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.
Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair
disebut buih, sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat
disebut buih padat.Buih digunakan dalam proses pengolahan biji logam dan alat
pemadam kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok (whipped cream), busa sabun.
Contoh buih padat :lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein.Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein.Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
5. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat
dan bersifat setengah kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang
zat terdispersinya mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang
agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu, mutiara, mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi
suatu larutan sebab semua gas bercampur baik secara homogen dalam segala
perbandingan.
Sistem koloid dapat dikelompokkan, seperti tabel berikut :
No
|
Fase Terdispersi
|
Medium Pendispersi
|
Nama Koloid
|
Contoh
|
1
|
Gas
|
Cair
|
Busa/Buih
|
Buih sabun, krim kocok
|
2
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu apaung, karet busa
|
3
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
|
Awan, kabut
|
4
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu, santan
|
5
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi padat
|
Keju, mentega, mutiara
|
6
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol padat
|
Asap, debu
|
7
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Cat, kanji, tinta
|
8
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Kaca berwarna, paduan logam
|
- Sifat-Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Cara yang paling mudah untuk membedakan suatu campuran
merupakan larutan, koloid, atau suspensi adalah menggunakan sifat efek
Tyndall .Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui suatu sistem koloid, maka
berkas cahaya tersebut kelihatan dengan jelas.Hal itu disebabkan penghamburan cahaya
oleh partikel-partikel koloid.Gejala seperti itulah yang disebut efek Tyndall
koloid.Istilah efek Tyndall didasarkan pada nama penemunya, yaitu John Tyndall
(1820-1893) seorang ahli fisika Inggris. John Tyndall berhasil menerangkan
bahwa langit berwarna biru disebabkan karena penghamburan cahaya pada daerah
panjang gelombang biru oleh partikel-partikel oksigen dan nitrogen di
udara.Berbeda jika berkas cahaya dilewatkan melalui larutan, nyatanya berkas
cahaya seluruhnya dilewatkan.Akan tetapi, jika berkas cahaya tersebut
dilewatkan melalui suspensi, maka berkas cahaya tersebut seluruhnya tertahan
dalam suspensi tersebut.
2. Gerak Brown
Dengan menggunakan mikroskop ultra (mikroskop optik yang
digunakan untuk melihat partikel yang sangat kecil) partikel-partikel koloid
tampak bergerak terus-menerus, gerakannya patah-patah (zig-zag), dan arahnya
tidak menentu.Gerak sembarang seperti ini disebut gerak Brown. Gerak Brown
ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris, Robert Brown ( 1773
– 1858), pada tahun 1827.Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan yang tidak
seimbang antara partikel-partikel koloid dengan molekul-molekul pendispersinya.
Gerak Brown akan makin cepat, jika partikel-partikel koloid makin kecil. Gerak
Brown adalah bukti dari teori kinetik molekul.
3. Elektroforesis
Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan
listrik.Bagaimana mengetahui suatu koloid bermuatan listrik atau tidak?Dan
mengapa koloid bermuatan listrik?Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak
dalam medan listrik, berarti partikel koloid tersebut bermuatan listrik. Jika
sepasang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel koloid yang
bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel koloid
yang bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan
partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode
disebut elektroforesis .Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan
dinetralkan muatannya dan digumpalkan di bawah masing-rnasing elektrode.
Di samping untuk menentukan muatan suatu partikel koloid,
elektroforesis digunakan pula dalam industri, misalnya pembuatan sarung tangan
dengan karet.Pada pembuatan sarung tangan ini, getah karet diendapkan pada
cetakan berbentuk tangan secara elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan
untuk mengurangi pencemaran udara yang dikeluarkan melalui cerobong asap
pabrik. Metode ini pertama-tama dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877 -
1948) dari Amerika Serikat. Metode ini dikenal dengan metode
Cottrell . Cerobong asap pabrik dilengkapi dengan suatu pengendap listrik
(pengendap Cottrell), berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan
menggumpalkan partikel-partikel koloid dalam asap buangan.
4. Absorpsi
Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi
penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid
Fe(OH) 3 dalam air akan menyerap ion H + sehingga bermuatan
positif, sedangkan koloid As 2 S 3 akan menyerap ion-ion
negatif. Kita tahu bahwa peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap
zat lain disebut absorpsi .Berbeda dengan absorpsi pada umumnya,
penyerapan yang hanya sampai ke bagian dalam di bawah permukaan suatu zat,
suatu koloid mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion.Hal itu terjadi karena
koloid tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas. Sifat absorpsi
partikel-partikel koloid ini dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut.
a. Pemutihan gula pasir
Gula pasir yang masih kotor (berwarna coklat) diputihkan
dengan cara absorpsi. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas, lalu
dialirkan melalui sistem koloid, berupa mineral halus berpori atau arang
tulang. Kotoran gula akan diabsorpsi oleh mineral halus berpori atau arang
tulang sehingga diperoleh gula berwarna putih.
b. Pewarnaan serat wol, kapas, atau sutera
Serat yang akan diwarnai dicampurkan dengan garam
A1 2 (SO 4 ) 3, lalu dicelupkan dalam larutan zat
warna. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk, karena
A1 2 (SO 4 ) 3 terhidrolisis, akan mengabsorpsi
zat warna.
c. Penjernihan air
Air keruh dapat dijernihkan dengan menggunakan tawas
(K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3 )
yang ditambahkan ke dalam air keruh. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk
akan mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.
d. Obat
Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau
tablet, apabila diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi.
Dalam usus, norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang mampu
mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang menyebabkan sakit
perut.
e. Alat Pembersih (sabun)
Membersihkan benda-benda dengan mencuci memakai sabun
didasarkan pada prinsip absorpsi.Buih sabun mempunyai permukaan yang luas
sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang melekat pada benda yang dicuci.
f. Koloid tanah liat mampu menyerap koloid humus
Koloid tanah dapat mengabsorpsi koloid humus yang diperlukan
tumbuh-tumbuhan sehingga tidak terbawa oleh air hujan.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel
koloid. Proses koagulasi ini terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid.
Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan positif atau bermuatan
negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara
menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu
terkoagulasi (menggumpal). Koagulasi dengan cara menetralkan muatan koloid
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
1) Penambahan Zat Elektrolit
Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat elektrolit,
maka koloid tersebut akan terkoagulasi. Contohnya, lateks (koloid karet) bila
ditambah asam asetat, maka lateks akan menggumpal. Dalam koagulasi ini ada zat
elektrolit yang lebih efisien untuk mengoagulasikan koloid bermuatan, yaitu
sebagai berikut :
a. Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan
oleh elektrolit yang muatan ion negatifnya lebih besar. Contoh; koloid
Fe(OH) 3 adalah koloid bermuatan positif, lebih mudah digumpalkan
oleh H 2 SO 4 daripada HC1.
b. Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan
oleh elektrolit yang muatan ion positifnya lebih besar. Contoh; koloid
As 2 S 3 adalah koloid bermuatan negatif, lebih mudah
digumpalkan oleh BaCl 2 daripada NaCl
2) Mencampurkan Koloid yang Berbeda Muatan
Bila dua koloid yang berbeda muatan dicampurkan, maka kedua
koloid tersebut akan terkoagulasi. Hal itu disebabkan kedua koloid saling
menetralkan sehingga terjadi gumpalan. Contoh, campuran koloid
Fe(OH) 3 dengan koloid As 2 S 3 .
Selain koagulasi yang disebabkan adanya pelucutan muatan
koloid, seperti di atas, ada lagi proses koagulasi dengan cara mekanik, yaitu
melakukan pemanasan dan pengadukan terhadap suatu koloid. Contohnya, pembuatan
lem kanji, sol kanji dipanaskan sampai membentuk gumpalan yang disebut 1em
kanji.
Di bawah ini beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam industri :
a) Pembentukan delta di muara sungai.
Hal ini terjadi karena koloid tanah liat akan terkoagulasi
ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
b) Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara
menambahkan asam asetat ke dalam lateks.
c) Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang
membuat air menjadi keruh, akan menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion
Al 3+ akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif.
6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Adanya sifat absorpsi dan zat terdispersi (dengan fase
padat) terhadap mediumnya (dengan fase cair), maka kita mengenal dua jenis sol,
yaitu sol liofil dan sal liofob. Sol liofil ialah sol yang zat
terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol
liofob ialah sol yang zat terdispersinya tidak menarik dan tidak
mengabsorpsi molekul mediumnya.
Bila sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua
jenis koloid tersebut adalah sol hidrofil dan sot hidrofob.Contoh koloid
hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin. Contoh
koloid hidrofob adalah sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol belerang, dan sol
Fe(OH) 3 .
Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak
terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit.Oleh karena itu, koloid liofil
lebih stabil jika dibandingkan dengan koloid liofob.Untuk menggumpalkan koloid
liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung
molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan
terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya, pada koloid liofil, dapat kita
lakukan dengan cara pengendapan atau penguraian. Akan tetapi, jika zat
mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata
lain, koloid liofil bersifat reversibel .Koloid liofob mempunyai
sifat yang berlawanan dengan koloid liofil.
7. Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid
pada proses pembuatan koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan
menggunakan membran semipermeabel . Proses penghilangan ion-ion
pengganggu dengan cara menyaring menggunakan membran/selaput semipermeabel
disebut dialisis . Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut.
Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput
semipermeabel.Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air dan
ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi
koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir,
maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air. Prinsip
dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat
dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.
8. Koloid Pelindung
Untuk sistem koloid yang kurang stabil, perlu kita tambahkan
suatu koloid yang dapat melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi.
Koloid pelindung ini akan membungkus atau membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid yang dilindungi. Koloid pelindung ini sering digunakan pada
sistem koloid tinta, cat, es krim, dan sebagainya; agar partikel-partikel
koloidnya tidak menggumpal.Koloid pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi disebut emulgator (zat pengemulsi). Contohnya, susu yang
merupakan emulsi lemak dalam air, emulgatornya adalah kasein (suatu protein
yang dikandung air susu). Sabun dan detergen juga termasuk koloid pehindung
dari emulsi antara minyak dengan air.
- Pembuatan Sistem Koloid
Jika kita atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk
berbentuk koloid, bahan bakunya adalah larutan (partikel berukuran kecil) atau
suspensi (partikel berukuran besar). Didasarkan pada bahan bakunya, pembuatan
koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
1. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel
kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas
reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi
rangkap, dan pergantian pelarut.
1) Reaksi Redoks
Contoh
a. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas
H 2 S dengan larutan SO 2 .
Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) +
SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s)
sol belerang
b. Pembuatan sol emas dari larutan
AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) +
3H 2 O (l) → 2 Au (s) +
6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq)
sol emas
2) Reaksi Hidrolisis
Contoh, pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian
garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah:mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3
H 2 O (l) → Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
sol Fe(OH) 3
3) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
a) Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan
mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit
(H 3 AsO 3 ) yang encer.
Persamaan reaksinya: 2 H 3 AsO 3 (aq) +
3 H 2 S (g) → As 2 S 3 (s) +
6H 2 O (l)
sol As 2 S 3
b) Pembuatan sol AgCl dari larutan
AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq) +
NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq)
Sol AgCl
4) Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam
alkohol ditambah dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan
S sol belerang
2. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel
kasar (suspensi). Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik,
peptisasi, busur Bredig, dan ultrasonik.
1) Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui
penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau
pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai
dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya).Contoh,
pembuatan sol belerang.
2) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan
menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar)
menjadi partikel koloid. Contoh, proses pencernaan makanan dengan enzim dan
pembuatan sol belerang dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam
sulfida.
3) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam)
menjadi partikel koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi.Caranya
adalah dengan membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang
berfungsi sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi
loncatan listrik di antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan meluruh ke
dalam air sehingga terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam.
4) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu
sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus
listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan
frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.
Kegunaan Koloid
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari,
terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik
koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak
dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam
skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industry
|
Contoh aplikasi
|
Industri makanan
|
Keju, mentega, susu, saus salad
|
Industri kosmetika dan perawatan tubuh
|
Krim, pasta gigi, sabun
|
Industri cat
|
Cat
|
Industri kebutuhan rumah tangga
|
Sabun, deterjen
|
Industri pertanian
|
Peptisida dan insektisida
|
Industri farmasi
|
Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
|
- Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan
melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan
mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi
zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah
mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar
partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah
dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah
agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut
akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3yang bermuatan positif melalui
reaksi:
Al3+ + 3H2O à
Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan
negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada
lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap
karena pengaruh gravitasi.
0 Response to "KOLOID"
Post a Comment